Riyadi, memakai baju biru

Begini Kata Pengelola Tentang Mahalnya Tiket Wisata Bedul

Purwoharjo – Terkait pemberitaan sebelumnya yang menyebut sistem administrasi pengelolaan wisata Bedul yang diduga tidak jelas, langsung dibantah oleh pihak pengelola. Menurut Riyadi, selaku pengelola wisata Bedul mengatakan, dalam pengelolaan wisata yang berbasis eko tourism ini tidak ada administrasi yang tidak jelas terutama terkait tiket masuk.

Kata Riyadi, setiap pengunjung yang mendapatkan tiket, pasti sesuai dengan nominal yang diberikan dan setiap tiket yang telah tersobek (tidak berperforasi) semua sudah pasti dilaporkan kepada pemerintah desa setempat dan pihak Taman Nasional.

“Bedul ini dikelola oleh Taman Nasional Alas Purwo bersama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Sumberasri, jadi untuk tiket tidak perlu dilakukan perforasi karena dari TNAP,” katanya, Sabtu (3/8)

Sedangkan untuk pelayanan tiket masuk dan penyebrangan hanya diberlakukan dalam satu pintu saja. Riyadi juga membantah jika dalam pelayanan administrasi wisata Bedul tidak ada pembelian tiket yang dilakukan berulang-ulang sampai sebanyak 3 kali.

Inilah tiket yang banyak dipermasalahkan oleh wisatawan. Pihak pengelola Bedul membantah bahwa tiket yang diberikan kepada wisatawan tidak sebanyak tiga kali
Inilah tiket yang banyak dipermasalahkan oleh wisatawan. Pihak pengelola Bedul membantah bahwa tiket yang diberikan kepada wisatawan tidak sebanyak tiga kali

Sementara terkait dengan mahalnya retribusi tiket masuk yang dikenakan untuk setiap pengunjung, Riyadi beralasan bahwa sebagian tiket yang didapatkan tersebut akan digunakan untuk kegiatan pemulihan ekosistem yang ada di kawasan Bedul, seperti penanaman pohon mangrove dan pembersihan sampah di sepanjang bibir pantai.

Pembangunan infrastruktur pun juga masih menunggu dari pihak TNAP. Lebih lanjut Riyadi mengungkapkan, untuk tahun 2016 ini sudah mulai dilakukan pembangunan tahap pertama, seperti pembangunan gesibu di pantai dan pembangunan dermaga baru di bagian selatan. Dalam membangun kawasan wisata di dalam lingkup Taman Nasional kata Riyadi, tidak semudah membangun di kawasan wisata masal, sebab dalam proses pembangunan tersebut harus memperhatikan sisi ekologisnya.

Sejak tahun 2012 pihak pengelola telah melakukan pembatasan pengunjung dengan sistem buka tutup. Ini bertujuan agar di kawasan konservasi Taman Nasional Alas Purwo dapat terjaga, wisata Bedul diciptakan untuk memulihkan Ekosistem yang telah rusak sebelum tahun 2009. Jadi, TNAP saat ini telah berusaha merubah dari wisata masal menuju ke Ekowisata.

Sejak kepemimpinan Banyuwangi dijabat oleh Bupati Anas, wisata Bedul sudah tidak lagi dipromosikan, sebab sejak tahun 2012 tujuan wisata lain seperti Pulau Merah dan Pantai Boom lebih dikenalkan kepada wisatawan daripada Bedul. Tentu ini juga berdampak pada penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung serta terganggunya perekonomian masyarakat sekitar wisata Bedul.

Seperti yang diceritakan Paing, seorang pemilik perahu gondang-gandung, saat musim liburan kurang dari 100 orang penumpang saja yang datang ke Bedul. Padahal dulu ada lebih dari 300 wisatawan datang setiap harinya, bahkan jumlahnya pernah mencapai seribuan. “Ya beginilah sekarang sepi,” kata Paing, Senin, 29 Agustus 2016.

Rizki Restiawan

About Rima Indah

Check Also

KAI Daop 9 Jember ‘Jangan Berada di Jalur kereta api, Berbahaya!’

BINTANG TENGGARA – Pada pukul 03.40 WIB masinis kereta api Wijayakusuma relasi Cilacap – Jember …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *