Garda Depan Perlindungan Anak, Ya Sekolah

Banyuwangi – Untuk menekan angka kekerasan terhadap anak, Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi mendesain sekolah sebagai garda terdepan dalam melakukan pencegahan dini terhadap berbagai jenis tindak kekerasan. Satgas Perlindungan Anak berbasis sekolah terus diintensifkan.

“Di masing-masing sekolah, kami membentuk satgas yang bertujuan untuk melakukan beragam tindak pencegahan terhadap bibit-bibit kekerasan yang berpotensi menimpa perempuan dan anak-anak,” kata Kepala Dinas Pendidikan Sulihtiyono saat membuka Semiloka Satgas Pelindungan Perempuan dan Anak Terhadap Kekerasan di Sekolah di Banyuwangi, Rabu (7/9).

Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak terhadap Kekerasan di Sekolah terdiri atas berbagai unsur, yaitu Kepala Unit Pelaksana Teknis Pendidikan, Koordinator Pengawas, K3S SD, Guru SD, Guru BK SMP, Pengawas Pendidikan Menengah, dan MKKS SMP/SMA/SMK/SLB.

Dalam semiloka yang dihadiri 300 praktisi pendidikan ini para peserta dibekali pemahaman tentang peran dan fungsi satgas perlindungan tersebut.

“Setelah mengikuti semiloka ini, para peserta bisa memahami tugas dan fungsinya sebagai satgas. Apa yang harus mereka lakukan dalam pencegahan tindak kekerasan tersebut,” cetus Sulihtiyono.

Selain dari Dinas Pendidikan sendiri, semiloka tersebut juga diisi dengan materi program layanan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Banyuwangi, dampak psikis terhadap korban kekerasan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dan juga tentang materi Undang-Undang Perlindungan Anak  Nomor 23 tahun 2002 oleh Polres Banyuwangi.

Dari data yang ada, angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Banyuwangi terus coba ditekan. Sampai Mei 2016, dalam sebulan bisa terdapat 5 kasus kekerasan terhadap anak. Sebagian dari kasus tersebut ditangani oleh Banyuwangi Children Center melalui jalur penyelesaian nonhukum, dan sebagian lagi ditangani oleh penegak hukum.

“Ini menandakan bahwa tindak kekerasan masih rawan terjadi pada anak-anak,” ungkap Kabid Pemberdayaan Perempuan BPPKB Fitrin Kuntartini.

Untuk itu, papar Fitrin, perlu adanya sekolah ramah anak di Banyuwangi. Tugas ini bisa diemban oleh satgas yang merupakan stakeholder pendidikan, dan  diharapan mereka ikut serta menyiapkan sekolah ramah anak.

“Sudah ada indikator-indikator sekolah ramah anak, tinggal kita aplikasikan sehingga tujuan kita untuk memberikan langkah pencegahan tindak kekerasan bisa berjalan sukses,” pungkas Fitrin.

Rizki Restiawan

About Rima Indah

Check Also

KAI Daop 9 Jember ‘Jangan Berada di Jalur kereta api, Berbahaya!’

BINTANG TENGGARA – Pada pukul 03.40 WIB masinis kereta api Wijayakusuma relasi Cilacap – Jember …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *