Riski Restiawan saat sesi wawancara dengan Mentri Sosial Republik Indonesia, Khofifah Indar Parawansa saat melakukan kunjungan di kediaman KH. Masykur Ali, Ketua Pengurus Cabang (PC) Nahdlatul Ulama (NU) Banyuwangi di Desa Jalen, Kecamatan Genteng. (Foto : RBT/Dinda)

Misi Tulus Berujung Mulus

Radiobintangtenggara.com, GENTENG – Waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Rizki Restiawan, bersiap melakukan rutinitas siaran di Radio Bintang Tenggara (RBT) Banyuwangi, malam itu, Minggu (11/06). Hujan deras tampak mengguyur disekitaran studio yang beralamatkan di Jalan Raya Jajag No. 88 Gambiran tersebut.

Rizki tak sendiri, ditemani Amir Mahmud dan Sasiyani juga melakukan hal serupa.  Rizki dan Amir bertugas di ruang gatekeeper sementara Sasiyani berada di ruang penyiar untuk memandu pendengar dalam program lintas Banyuwangi.

Malam itu, beberapa kru memang ada yang izin, lantaran kondisi badan yang kurang fit. Ikhwal itu memaksa ketiganya untuk bekerja lebih keras dari hari biasanya. Kesibukan mulai tampak dari derasnya arus informasi yang disampaikan pendengar melalui bebrapa layanan yang disediakan.

Meski arus deras informasi yang yang mengalir tak kenal henti, tak sedikitpun mengurangi antusias ketiganya untuk menyampaikan kabar kepada pendengar. “Ini demi tersampaikannya informasi ke masyarakat,” aku Rizki.

Dering Telepon

Sementara itu, suasana yang semula tenang, karena kesibukan kru menggali informasi dari pendengar, tiba-tiba dikejutkan oleh dering telepon yang memecah keheningan malam. Saat akan diangkat, sambungan telepon itu terputus. Begitu selanjutnya sampai tiga kali.

Dewasa ini, tampaknya telepon  bukan barang asing lagi. Keberadaannya telah menjadi kebutuhan pokok, tak terkecuali untuk menyampaikan arus informasi. Melalui layanan telepon, mereka dengan mudah memperoleh beragam informasi. Baik untuk keperluan berita, berbagi kabar atau sekedar sarana hiburan.

Selang beberapa menit telepon Bintang Tenggar kembali berdering. Namun durasinya kali ini agak lama, dengan sigap Rizki berusaha meraih gagang telepon yang tepat berada di belakang kursi tempat duduknya.

“Halo, selamat malam dari Bintang Tenggara dengan saya Rizki ada yang bisa dibantu,” sapa Rizki saat menerima telepon.

Saat percakapan itu, dari gagang telepon sayup-sayup terdengar seseorang yang menjawab sapaan Rizki. Sejurus kemudian obrolan serius tampak dari keduanya, ikhwal tersebut terlihat dari percakapan Rizki saat menerima telepon. Terdengar dalam percakapan tersebut sesekali membahas program Waqaf 1000 Al-Qur’an dari Radio Bintang Tenggara.

Sesaat kemudian, Rizki mengembalikan gagang telepon itu ke tempat semula. Ia menghela nafas sejenak, dengan langkah gontai dan gugup dia menyampaikan kabar terkait pesan dari penelpon kepada Sasi dan Amir.

Rizki menjelaskan, bahwa penelpon itu adalah pihak protokoler dari Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia (RI). Ia (red. penelpon) mengatakan, Khofifah Indar Parawansa selaku Menteri Sosial, ingin bertemu dengan kru Radio Bintang Tenggara untuk membincang mengenai Program Waqaf 1000 Al-Qur’an.

Kebetulan saat itu, Khofifah sedang berkunjung ke Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi untuk menyerahkan bantuan sosial kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) dari Kemensos RI.

Lantaran jumlah kru di studio hanya ada tiga orang, tampaknya mustahil jika salah seorang harus pergi meninggalkan ruang siar. Sejurus kemudian, akhirnya Rizki menyampaikan kabar baiki itu ke grup whatsapp Bintang Tenggara. Grup itu digunakan untuk melakukan koordinasi bersama kru lainnya.

Sesaat setelah konfirmasi kepada kru lain, akhirnya disepakati untuk mengemban misi menemui Khofifah dari studio adalah Rizki. Konsekuensi dari keputusan itu harus meminta Anita Soemardi yang sudah berada di rumah untuk kembali membantu tim di studio Bintang Tenggara.

Tidak menyia-nyiakan waktu, Rizki ditemani Dinda Soekarno salah seorang kru lain langsung meluncur untuk menumui Khofifah. Berdasarkan informasi yang dihimpun kru, saat itu Menteri Sosial sedang berada kediaman KH. Masykur Ali, Ketua Pengurus Cabang (PC) Nahdlatul Ulama (NU) Banyuwangi di Desa Jalen, Kecamatan Genteng.

Tak kurang 20 menit lebih waktu yang harus ditempuh keduanya untuk menuju lokasi  kediaman Kiai NU itu. Sesampainya di tempat, keduanya sempat bingung karena tempat pertemuan begitu padat oleh kerumunan lautan manusia yang menyambut kedatangan menteri sosial itu.

Dinda Soekarno terlihat canggung bersama Rombongan Menteri Sosial dan jajaran Pemkab Banyuwangi yang sedang menikmati santapan kuliner di Rumah Makan Rantinem Genteng
Dinda Soekarno terlihat canggung bersama Rombongan Menteri Sosial dan jajaran Pemkab Banyuwangi yang sedang menikmati santapan kuliner di Rumah Makan Rantinem Genteng

Pertemuan Singkat

Meski lokasi penuh sesak oleh masyarakat sekitar, namun akhirnya Rizki dan Dinda dapat menembus kerumunan tersebut dan dapat bertemu langsung dengan Khofifah. Saat sesi wawancara dengan Rizki. Khofifah mengaku kedatangannya ke kediaman Ketua PC NU Banyuwangi, KH Masykur Ali, merupakan kunjungan silaturahmi kesesama warga nahdiyin.

“Saya tadi di telepon Pak Kiai dan disuruh mampir ke rumahnya untuk buka bersama. Meski tidak bisa ikut buka bersama. Tapi saya mengusahakan untuk datang kesini,” ujar Khofifah di kediaman KH Masykur Ali di Desa Jalen, Kecamatan Genteng.

Dalam kesempatan itu, Khofifah juga didampingi oleh Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, KH Hisyam Syafa’at dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Terkait program Waqaf Al-qur’an dari  Bintang Tenggara Khofifah menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Bintang Tenggara dan masyarakat sekitar yang mendukung terselenggaranya program itu.

Menurut Khofifah di bulan suci penuh berkah, menjadikan segala amalan yang dilakukan dilipat gandakan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya untuk masyarakat dapat berperan serta dalam kegiatan yang positif.

“Semoga al-qur’an yang terkumpul dapat tersaluran dengan baik dan menjadi pahala bagi seluruh pihak yang terlibat,” ujarnya.

Sementara itu, Bupati Anas mengapresiasi kunjungan Mentri Sosial itu. Dikatakan dia, untuk melengkapi program PKH, Banyuwangi juga mengembangkan program inovatif dalam mendukung pengentasan kemiskinan.

Jumlah penerima kartu PKH, lanjut Anas, tercatat  sebanyak 350 penerima untuk pencairan tahap satu dan dua yang besarnya sebanyak Rp 1 juta per penerima manfaat.

“Total penerima manfaat PKH di Banyuwangi mencapai 38.208 KPM. Sedangkan jumlah bantuan selama setahun sebanyak Rp1.890.000 per penerima manfaat dengan periode pencairan empat kali,” katanya.

About Rima Indah

Check Also

KAI Daop 9 Jember ‘Jangan Berada di Jalur kereta api, Berbahaya!’

BINTANG TENGGARA – Pada pukul 03.40 WIB masinis kereta api Wijayakusuma relasi Cilacap – Jember …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *