Salah satu siswa SD yang ikut lomba membatik

Lestarikan Batik, Siswa SD di Banyuwangi Ikuti Lomba Mencanting

Banyuwangi – Ratusan siswa SD se-Banyuwangi  memadati sisi barat Taman Blambangan, taman hijau cantik di tengah kota Gandrung itu. Bak seorang profesional, ratusan siswa yang duduk di kelas 2-6 SD tersebut berhati-hati menggoreskan canting dan membentuk motif batik pada selembar kain putih. Sesekali, mereka juga terlihat tengah meniup canting berisi malam di tangan mereka.

Ya, hal ini dilakukan untuk mengiringi Banyuwangi Batik Festival 2016, Pemkab menggelar lomba mencantik batik di Taman Blambangan, Kamis (6/10).

Seperti yang dilakukan Frio Setyawan. Siswa SDN 1 Kampung Anyar Glagah ini terlihat lihai memainkan cantingnya. Meski dia laki-laki, dia tak kalah luwes menorehkan lilin di atas motif Sekar Jagad Blambangan.

“Saya memang suka gambar. Ini juga diajarin sama guru barusan saja. Susah-susah gampang sih,” ujar Frio. Frio memang terlihat lebih mahir dibanding teman lainnya. Di saat siswa lain saat awal lomba sibuk mencanting nama masing-masing, beda dengan Frio yang langsung mencanting motif yang disediakan panitia. “Namanya terakhir saja, itu gampang,” katanya dengan tegas.

Vera Putri, peserta lainnya juga terlihat sangat menikmati lomba ini. Dia dengan lancar dan rapi menarik garis-garis dan pola di atas kainnya. “Gampang kok, sudah latihan. Di rumah juga biasa melihat ibu membatik, kadang  juga ikut-ikutan,” kata pelajar kelas 2 dari SDN 2 Tampo, Cluring itu.

Dia merasa antusias mengikuti lomba lantaran ibu Vera adalah seorang pembatik. Vera bahkan juga berangan-angan menjadi pembatik seperti ibunya.

Lomba mencanting ini dimulai sekitar pukul 09.00 WIB. Para peserta tampak bersemangat dan serius menarik garis sesuai pola-pola yang ada dalam secarik kain yang telah disediakan panitia. Mereka harus menyelesaikan mencanting motif batik Sekar Jagad Blambangan tersebut dalam waktu 2 jam.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan (Disperindagtam) Banyuwangi, Hary Cahyo Purnomo, mengatakan lomba ini sebagai upaya untuk melestarikan batik yang merupakan salah satu kearifan lokal Bumi Blambangan. Namun yang paling penting, imbuh dia, menumbuhkan generasi pembatik di Bumi Blambangan.

“Ini memang salah satu upaya kami agar warisan adiluhung kita ini tidak lekang oleh jaman. Menjaga agar masyarakat terus memiliki keinginan untuk menjaga batik dan mengembangkannya,” ujar Hary.

Dia melanjutkan, lomba ini sengaja menyasar pelajar SD karena bertujuan juga untuk menumbuhkan jiwa entrepreunership sejak dini kepada anak-anak Banyuwangi.  “Jadi lewat lomba ini kita berusaha membentuk karakter untuk berkreativitas. Anak-anak SD ini sebagai embrio wirausaha masa depan,” imbuh dia.

Hary menjelaskan, potensi batik Banyuwangi saat ini semakin menunjukkan kemajuan.  Sudah banyak sekolah yang memasukkan teknik membatik sebagai salah satu pilihan ektra kurikulernya. Bahkan daerah berjuluk The Sunrise of Java ini telah memiliki SMK yang menyediakan jurusan membatik.

Motif batik di Banyuwangi sendiri juga semakin bertambah dan mengalami peningkatan kualitas. Hary menyebut, peningkatan itu juga memberikan dampak bagi sektor ekonomi kreatif masyarakat.

“Semula hanya ada 9 IKM (industri kecil menengah), sekarang kurang lebih sudah ada 30-40. Batik kita juga dulu hanya ada 22 motif, sekarang sudah ada 62. Yang jelas meningkat banget, peminatnya bukan hanya masyarakat kita tapi juga dari luar daerah ,” jelas Hary.

Rizki Restiawan

About Rima Indah

Check Also

KAI Daop 9 Jember ‘Jangan Berada di Jalur kereta api, Berbahaya!’

BINTANG TENGGARA – Pada pukul 03.40 WIB masinis kereta api Wijayakusuma relasi Cilacap – Jember …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *