Gubernur Bali Made Mangku Pastika berfoto bersama peserta pembekalan kepada peserta Diklat Kepemimpinan II Angkatan III Tahun 2017 di Aula Melati Kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Bali, Selasa (22/8). (Foto. Repro)

Pemprov Bali Gelar Diklat Kepemimpinan Tingkat II

Radiobintangtenggara.com, BALI – Perubahan merupakan sesuatu hal yang pasti terjadi dan memiliki sifat mendasar 3S yaitu  Speed, Surprise dan Sudden Shift .Oleh karena itu perubahan yang terjadi  haruslah disikapi dan dikelola dengan sebaik-baiknya.

Terlebih bagi seorang pemimpin atau pejabat eselon dua yang merupakan pejabat strategis di Tingkat Kabupaten/kota atau Provinsi haruslah mampu untuk membaca arah perubahan dan mengelola perubahan tersebut.

Seorang pejabat eselon dua haruslah bisa  menjadi pemimpin sekaligus manager dari  perubahan.

Baca Juga. UMKM di Bali Harus Bisa Akses Permodalan dari Pemprov

Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat memberikan pembekalan kepada  peserta Diklat Kepemimpinan II Angkatan III Tahun 2017 di Aula Melati Kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM)  Provinsi Bali, Selasa (22/8).

“Semua pasti berubah, ada yang berubah cepat, berubah lambat, berubah kearah konstruktif ataupun destruktif,” katanya.

Menurut Pastika, seorang pemimpin memegang peran penting dalam menyikapi perubahan. Jadilah pemimpin dan manager yang mampu mengelola perubahan, jangan kita menentang perubahan. Bukan yang terkuat atau terpintar yang akan bertahan tapi yang responsif pada perubahan akan menjadi pemenang.

Baca Juga. Lagi, Provinsi Bali Jadi Tuan Rumah Asia Pacific Maritime Pilot Forum

Lebih lanjut Gubernur menyampaikan bahwasannya seorang pemimpin juga harus memilki kemampuan untuk mengelola segala sumber daya yang ada di daerahnya baik itu Sumber daya alam maupun sumber daya manusianya.

“Kalau ada daerah yang kaya dengan sumber daya alam namun daerah tersebut masih miskin maka yang salah disana dalah faktor manusianya, terutama pemimpinnya,” ujarnya.

Pemimpinnya, lanjut Pastika, tidak mampu mengelola sumber daya yang ada untuk memberi kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Dihadapan para peserta  Diklat Kepemimpinan Tingkat II yang berasal dari beberapa  Provinsi dan Kabupaten/ Kota di Indonesia ini, Gubernur Bali juga menegaskan bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukanlah manusia biasa.

Baca Juga. Made Mangku Pastika : ASN di Bali Harus Bekerja Sesuai Keinginan Rakyat, Bukan Keinginan Pribadi

Seorang pemimpin harus mampu mengeksploitasi semua power yang dimilki baik itu physical power, spritual power, financial power, intelectual power dan sejauh mungkin meminimalisasi kelemahan. Pemimpin juga harus disiplin dan konsisten  serta bisa menjadi contoh bagi bawahannya.

“Seratus kambing jika dipimpin oleh seekor  macan maka akan menjadi macan,” pungkasnya.

YULIUS MARTONI

About Fareh Hariyanto

Check Also

Heru Prayito, Kepala MI Baburrohmah Kalibaru (42) menceritakan kronologi saat ia bersama guru lainnya menemukan korban. (Foto. Rendra Prasetyo)

Kepala Sekolah MI Baburrohmah Kalibaru Bercerita Saat Menemukan Korban Meninggal Dunia di Kebun Sengon

Heru Prayito, Kepala MI Baburrohmah Kalibaru (42) menceritakan kronologi saat ia bersama guru lainnya menemukan korban hingga akhirnya dikabarkan meningal dunia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *