Radiobintangtenggara.com, GLENMORE, Musim giling tebu di Industri Gula Glenmore tiba , Ratusan truk berderet-deret hampir kiloan meter mengantri untuk ditimbang dan masuk pabrik gula untuk menyetor tebu. Hal itu menjadi fenomena tersendiri di setiap musim giling dimulai.
Jelaga di sekitar pabrik gula pun berterbangan bersama datangnya musim angin di musim kemarau, udara pengap tentunya sudah menjadi keseharian bagi masyarakat di sekitar.
Warga yang melintasi areal pabrik gula mau tidak mau mendapat jatah polusi baik asap, jelaga, debu, maupun bau tak sedap dari pemrosesan gula pada setiap musim giling tiba.
Hal itu diperparah dengan pengelolahan lahan pasca panen yang tidak memperhitungkan aspek ramah lingkungan. Bagaimana tidak, ribuan hektar lahan harus dibakar setelah panen selesai berdampak besar pada kesehatan masyarakat sekitar dilokasi kejadian.
Eka Muharam Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banyuwangi mengatakan, pembakaran itu merupakan mekanisme pasca panen yang menjadi prosedur perkebunan pihaknya tidak bisa melarang.
“Namun BPBD selalu menghimbau agar api dilokalisir agar tidak meluas ke area lain,” katanya.
Menurut Eka, prosedur dari perkebunan pasti memiliki peraturan tersendiri. Intinya dari pihak BPBD Banyuwangi jika pembakartan itu sudah mengganggu penghidupan dan kehidupan masyarakat pihaknya akan melakukan upaya pendekatan kepada perkebunan dan pabrik gula.
Eka menambahkan, jika masyarakat memang terganggu dengan aktivitas pembakaran itu alangkah baiknya bisa dilakukan mediasi antara kedua belah pihak sehingga mencapai kesepakatan yang tidak saling merugikan satu sama lain.
“Sehingga tidak trjadi ketidak sambungan yang berkepanjangan,” ujarnya.
FAREH YUSUF