Sumber foto : kolongkecil.blogspot.com

Ternyata Cerita Damarwulan VS Menak Jinggo Dibuat Untuk Adu Domba

Radiobintangtenggara.com, BANYUWANGI – Cerita tentang Damarwulan Vs Menak Jinggo selama ini memang selalu dianggap sebagai sinisme dan delegitimasi Mataram terhadap Raja Blambangan.

Cerita yang ditulis dalam Serat Kanda atau Serat Damarwulan itu berawal dari abad ke-18. Ditilik dari isi­nya, serat ini bersumber pada kitab babad tradisi pesisiran. Serat Kanda berisikan sejarah dinasti Mataram yang bercampur mitos dan legenda (tidak disebutkan tahun kejadiannya).

Sekira tahun 1852/1853, seorang wanita berpengaruh dalam jajaran pejabat tinggi Belanda yang baru tiba di Semarang meminta diterjemahkan Serat Kanda dalam bahasa Belanda. Cerita itu kemudian dipentaskan dalam sebuah karya seni di Mangkunegaran (salah satu pecahan Mataram) pada masa kekuasaan Adipati Mangkunegara IV, Raden Mas Sudira, yang berkuasa tahun 1853-1881.

Setelah Adipati Mangkunegara IV mangkat tahun 1881, Belanda kemudian menempatkan salah satu puteranya yang bernama Harya Suganda menjadi Bupati Banyuwangi ke enam (1881-1888) agar proses penyebaran cerita Menak Jinggo itu lebih maksimal.

Dari sini, sudah sangat jelas bahwa Serat Kanda (ditulis pada abad ke-18) sedangkan Serat Damarwulan (ditulis pada tahun 1815), atau ditulis jauh setelah masa kejayaan Blambangan, yakni ketika masa Surakarta-Mangkunegara dan kekuasaan Kompeni Belanda di Jawa tengah relatif kukuh.

Melihat dari tahunnya saja, otak kita sudah berfikir jika jarak tahun keduanya berbeda. Hal ini tentu menimbulkan tanda tanya besar lantaran banyak yang berpendapat bahwa ini adalah sinisme dan delegitimasi Mataram terhadap Blambangan.

Padahal Mataram sendiiri sudah runtuh pada tahun 1755 dan Blambangan juga sudah runtuh pada 1774. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan besar, siapakah yang menyebarkan cerita itu, ditujukan kepada siapa dan untuk siapa sinisme dilakukan.

Terkait dengan hal tersebut, akhirnya justru orang Banyuwangi sendiri mencurigai setiap orang Mataraman yang mulai berdatangan ke wilayahnya pada abad ke-18. Sedangkan orang Mataraman selalu memandang buruk orang Banyuwangi sebagaimana karakter Menak Jinggo.

Ketika kedua belah pihak sama-sama saling membenci dan mencurigai, maka persatuan di Banyuwangi tidak akan terjadi. Jika persatuan tidak terjadi, maka Penjajahan Belanda akan terus abadi.

____________
Catatan: Mataram runtuh pada tahun 1755. Jadi cerita itu ditulis jauh-jauh hari setelah Mataram runtuh dan itu mustahil

Oleh : Mas Aji Wirabhumi (Blambangan Kingdom X-Plorer)

Editor : Rizki Restiawan

About Rizki Restiawan

Check Also

KAI Daop 9 Jember ‘Jangan Berada di Jalur kereta api, Berbahaya!’

BINTANG TENGGARA – Pada pukul 03.40 WIB masinis kereta api Wijayakusuma relasi Cilacap – Jember …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *