ritual Seblang Bakungan, ritual suku Using asli di Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, yang digelar malam tadi (10/9) di Balai Desa Bakungan. (Foto. Repro)

Pemkab Banyuwangi Gelar Ritual Seblang Bakungan

Radiobintangtenggara.com, BANYUWANGI – Pemkab Banyuwangi terus melestarikan dan mengembangkan tradisi masyarakatnya. Salah satunya yang terus diuri-uri adalah ritual Seblang Bakungan, ritual suku Using asli  di Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, yang digelar malam tadi (10/9) di Balai Desa Bakungan.

Seblang Bakungan adalah tarian yang dibawakan oleh wanita tua dalam kondisi kerasukan roh atau tidak sadar diri. Seblang tahun  ini ditarikan oleh Supani (66).

Supani adalah seorang wanita tua keturunan Seblang yang telah menari ritual seblang selama empat tahun berturut-turut. Dia juga merupakan keturunan Seblang Misna yang telah pensiun dari Seblang 14 tahun yang lalu.

Baca Juga. Terpengaruh Miras, Lima Pemuda Lakukan Pengeroyokan

Dalam ritualnya, setelah dibacakan mantra dan doa, sesaat kemudian Seblang langsung kerasukan roh tidak sadarkan diri dan menari dengan mengikuti irama gending dinyanyikan.

Gending-gending yang dikumandangkan untuk mengiringi penari seblang itu ada 13 gending, diantaranya Seblang Lukinto, Podo Nonton, Ugo-ugo dan Kembang Gading.

Ini tahun kedua bagi ritual Seblang Bakungan dimasukkan sebagai agenda Banyuwangi Festival 2017. Upaya Pemkab Banyuwangi dalam mengangkat tradisi lokal ke dalam Banyuwangi Festival ini merupakan bentuk kepedulian terhadap pelestarian seni dan budaya daerah.

“Kita ingin seni dan budaya Banyuwangi terus eksis dan mendapatkan panggung untuk bisa ditampilkan ke khalayak luas,”kata Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas saat membuka festival ini secara facetime.

Baca Juga. Irna Narulita : Percepatan Banyuwangi Tidak Terlepas dari Kekompakan Birokrasi

Tujuan tradisi Seblang Bakungan ini kata Anas, adalah untuk bersyukur kepada Allah dan memohon agar seluruh warga desa diberi ketenangan, kedamaian, keamanan dan kemudahan dalam mendapatkan rezeki yang halal serta dijauhkan dari segala mara bahaya.
Sebelum Seblang dimainkan, diawali tumpengan bersama warga disepanjang jalan menuju Bakungan yang dimulai seusai maghrib. Sebelumnya warga sholat magrib dan sholat hajat di Masjid desa. Lalu dilanjutkan parade oncor (obor) yang dibawa berkeliling desa (ider bumi).
Selanjutnya di bawah temaram api obor, sepanjang jalan Bakungan dipenuhi tumpeng pecel pithik. Sambil menggelar tikar semua orang duduk untuk mengikuti ritual makan bersama sebagai salah satu rangkaian ritual Seblang Bakungan.

Makanan yang disediakan dilengkapi lauk khas seperti pecel pithik dan sayur lalapan sebagai pelengkapnya. Usai kumandang do’a yang yang dibacakan sesepuh dari masjid di desa setempat, masyarakat mulai makan tumpeng bersama.

Baca Juga. Ternyata Cerita Damarwulan VS Menak Jinggo Dibuat Untuk Adu Domba

Tradisi yang lazimnya dilakukan tepat  seminggu setelah perayaan hari raya Idul Adha ini dibanjiri pengunjung.  Beberapa tempat yang dijadikan kantong-kantong parkir pun penuh sesak.

Masyarakat semakin menyemut  memadati sepanjang jalan Bakungan saat Seblang mulai kerasukan dan memulai ritualnya.Tak hanya warga lokal dan wisatawan domestik yang tampak, tapi juga warga asing.

Salah satunya  Jones Robert, wisatawan mancanegara asal Australia. Robert yang datang ke Banyuwangi seorang diri sebetulnya hanya bermaksud mendaki Gunung Ijen malam itu.

Baca Juga. Warga Wadung Pal, Keluhkan Sampah Kasur di Sungai

Namun saat mengetahui Banyuwangi punya berbagai agenda Banyuwangi Festival, dirinya tidak ingin melewatkan kesempatan itu.

“Mumpung disini, jadi sekalian ada beberapa hal yang bisa saya eksplor. Dan ternyata memang luar biasa unik, bahkan ada yang kerasukan roh juga,” kata Robert yang tak henti menjepretkan kameranya.

HERMAWAN

About Fareh Hariyanto

Check Also

Heru Prayito, Kepala MI Baburrohmah Kalibaru (42) menceritakan kronologi saat ia bersama guru lainnya menemukan korban. (Foto. Rendra Prasetyo)

Kepala Sekolah MI Baburrohmah Kalibaru Bercerita Saat Menemukan Korban Meninggal Dunia di Kebun Sengon

Heru Prayito, Kepala MI Baburrohmah Kalibaru (42) menceritakan kronologi saat ia bersama guru lainnya menemukan korban hingga akhirnya dikabarkan meningal dunia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *