Radiobintangtenggara.com, SITUBONDO – Pemkab Situbondo tanpaknya harus mulai membuat master plan tata kelola sungai. Salah satunya aliran sungai Bajulmati di Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih Situbondo.
Selama ini aliran sungai bajulmati tersebut terkesan kurang terawat. Tidak adanya pelengsengan sungai bisa memicu terjadinya banjir. Tak hanya merendam rumah warga, banjir juga merendam puluhan hektar lahan pertanian.
Aliran Sungai Bajulmati juga menjadi tapal batas Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi. Akibat tepi sungai kurang terawat dan terus terkikis, warga satu kampung di Desa Wonorejo kini bergesar menjadi warga Banyuwangi.
Baca Juga. Tidak Ada Jembatan Penghubung, Puluhan Siswa SD di Situbondo Nekat Terobos Derasnya Air Sungai
Menurut Sekretaris Desa Wonorejo, Fatoni, aliran sungai terus mengikis tanah sekitar 70 hingga 100 meter. Akibatnya, peta tapal juga ikut berubah.
“Warga kampung baru yang awalnya masuk Desa Wonorejo, kini bergesar masuk Desa Bimorejo, Kecamatan Wongsorejo Banyuwangi,” katanya.
Sementara itu, Banjir yang yang sempat merendam 60 rumah di Desa Wonorejo, juga merendam puluhan hektar tanaman. Sebagian masyarakat mengaku terancam gagal panen, mengingat tanamannya terendam banjir bercampur lumpur.
Baca Juga. Ekosistem Terganggu, Ribuan Ulat Bulu Serang Permukiman Warga di Situbondo
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Situbondo. Di Dusun Jelun RT 19 RW 03, rumah terendam banjir sebanyak 25 rumah dengan jumlah penduduk 75 jiwa. di Dusun Pandean RT 20 RW 04, rumah terendam air 35 rumah terdiri dari 90 jiwa.
Selain itu, di Dusun Jelun, ada 10 hektar lahan pertanian jagung ikut terendam banjir. 10 hektar tanaman bawang merah serta 2 hektar tanaman cabe.
“Sedangkan di Dusun Pandean, ada 20 hektar lahan pertanian jahung. 15 hektar tanam cabe, serta 9 hektar tanaman jagung,” ujar Koordinator Pusdalops Puriyono.
ZAINI ZAIN