Radiobintangtenggara.com, BANYUWANGI – Para petani cabai di wilayah selatan Kabupaten Banyuwangi meraup laba cukup besar berkat manajemen waktu tanam yang baik. Petani menuai untung dari peningkatan harga cabai yang berkisar Rp60.000 per kilogram.
Imam Badrus, Ketua Kelompok Tani Ketileng Makmur, Sumbergondo, Kecamatan Glenmore, mengatakan, biaya produksi mulai pupuk hingga perawatan, per pohon menghabiskan Rp 5.000. Satu pohon bisa menghasilkan 5-6 ons atau setengah kilogram cabai.
“Satu hektare lahan di desa ini 18.000 pohon cabai. Beda dengan desa sentra cabai lainnya di Banyuwangi, seperti Wongsorejo, yang mungkin lebih banyak karena jarak antar pohon lebih rapat,” kata Badrus.
Dia menyebut, biaya produksi satu hektare lahan cabai rata-rata Rp 90 juta. Dengan harga jual petani Rp 50.000 per kilogram, satu pohon cabai bisa menghasilkan Rp 25.000. Apabila 18.000 pohon cabai bisa menghasilkan Rp 450 juta.
Dengan demikian keuntungan pemilik lahan cabai berlipat-lipat. Apabila dipotong biaya produksi, keuntungannya bisa mencapai Rp 360 juta per hektare.
“Kalau soal keuntungan, ya banyak banget. Alhamdulilah,” kata Badrus.
Badrus mengatakan, bersama Dinas Pertanian Banyuwangi, kelompoknya mencari celah saat menanam cabai, Panen bulan ini merupakan hasil tanam pada September hingga Oktober tahun lalu.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas meminta agar manajemen penanaman tersebut dijaga. Siklus harga cabai sudah diketahui, sehingga saat menanam bisa diperkirakan masa panen saat harga mahal.
“Saya rasa manajemen di kelompok tani sudah bagus,” kata Anas.
Anas mengatakan masa panen di Banyuwangi sudah sepanjang tahun. Karena banyak daerah di Banyuwangi merupakan penghasil cabai, terutama Wongsorejo yang merupakan daerah sentra cabai Banyuwangi sekaligus nasional.
“Hanya saja karakteristik tiap daerah berbeda. Di Wongsorejo bisa panen sepanjang tahun, berbeda dengan di sini. Jadi kita harus benar-benar atur,” Ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi, Arief Setiawan, mengatakan, cabai merupakan salah satu komoditas penyumbang inflasi.
Pemerintah daerah telah menandatangani kerja sama dengan kelompok tani, salah satunya di kawasan selatan Banyuwangi untuk turut mengendalikan inflasi.
Bentuk kerja samanya, pemerintah daerah memberikan bantuan pertanian, lalu petani diminta menjual sebagian hasil panennya pada pemerintah untuk keperluan cadangan operasi pasar dengan harga yang telah disepakati bersama. Kesepakatan harga tersebut ditandatangai kedua belah pihak sebelum masa tanam dimulai.
“Tentunya harga yang kami tawarkan tidak akan merugikan petani, sudah menguntungkan petani. Jadi petani tetap untung, harga pasar juga tetap bisa dikendalikan,” terang Arief.
WIDHI NURMAHMUDY