Para Siswa di SDN 3 Telemung Kalipuro Banyuwangi harus melewati jembatan kayu pasca banjir yang melanda wilayah Telemung Kalipuro. (Foto. Widhy NurmahmudY)

Dampak Banjir Bandang, Siswa Siswi SD Lewati Jembatan Kayu

Radiobintangtenggara.com, KALIPURO – Banjir bandang yang melanda Banyuwangi pada Kamis 15 Maret 2018 lalu, menyisakan pilu tersendiri bagi anak-anak siswa siswi SDN 3 Telemung Kecamatan Kalipuro.

Pasalnya, sebagian dari anak-anak ini harus melewati jembatan alternative yang terbuat dari kayu untuk memperlancar perjalanan berangkat dan pulang dari sekolahnya. Karena jembatan tersebut merupakan sarana penting yang menghubungkan dua dusun, yaitu Dusun Gedor dan Dusun Tretes Desa Telemung.

Sebelum dibangun jembatan alternatif dari kayu dan bambu, jurang yang memiliki lebar 8 meter itu memiliki jembatan permanen yang dibangun oleh warga dari kedua dusun tersebut. Namun, karena banjir bandang yang memuat banyak material, seperti kayu, lumpur, batu dan pasir dari hutan yang gundul, mengakibatkan jembatan permanen yang tingginya kurang lebih 3 meter itu hanyut terbawa banjir.

Sehingga saat ini anak-anak yang akan berangkat kesekolah harus melewati jembatan kayu dan bambu supaya tidak memutar yang harus menempuh jarak antara 3 sampai 5 kilometer untuk bisa sampai kesekolah. Apalagi, kondisi jalan masih berbatu.

SDN 3 Telemung sendiri berada di dusun Tretes. Dimana lokasi sekolah ini diapit oleh 2 jurang. Jurang disebelah utara sebagai pembatas dusun Gedor dan Tretes, sementara jurang sebelah selatan sebagai pembatas dusun Tretes dan Desa Pesucen.

Berbeda dengan kondisi jembatan kayu yang melintang diatas jurang sebelah selatan, menurut Kepala Sekolah SDN 3 Telemung, Paryono, tidak separah yang disebelah utara sekolahnya. Selain karena lebarnya tidak sampai 5 meter, jembatan alternatif dialihkan dibagian yang lebih sempit.

Sehingga jurang yang harus dilalui kurang lebih 2 meter. Sehingga, pengendara motor bisa melewatinya, namun tetap harus ekstra waspada. Termasuk sebagian murid-murid yang belajar di SDN 3 Telemung.

“Kalau yang selatan itu relatif aman untuk pengguna jalan, karena jembatannya dialihkan ke jurang yang lebih sempit. Sehingga jembatannya tidak panjang seperti yang ada di utara sekolah ini” katanya kepada Reporter Radio Bintang Tenggara.

Sementara yang  jembatan utara, lanjut Paryono, memang cukup mengkhawatirkan, karena jika menggunakan kayu lama-lama akan kropos dan jembatan bisa ambruk. Apalagi jika terjadi hujan, posisi kayu akan mudah bergeser.

Hariyadi, siswa kelas V SDN 3 Telemung yang rumahnya di dusun Gedor mengatakan, terkadang masih merasa takut jika melewati jembatan kayu yang dibuat oleh warga tersebut. Ia mengaku takut jembatan ambruk karena hanya dibuat untuk muatan ringan saja. Ditambah dengan ketakutannya akan banjir bandang yang tiba-tiba datang.

Apalagi kalau mengingat satu hari pasca banjir, ia harus membawa peralatan sekolah dan sepatunya supaya tidak terkena air yang masih menggenang dijalur yang bukan Daerah Aliran Sungai tersebut.

“Ya, sebenarnya saya takut kalau lewat jembatan ini. takut roboh, apalagi kalau melihat kebarat, tambah ngeri, kawatir tiba-tiba banjir datang seperti kemarin itu” Ucapnya.

Hal senada juga dituturkan oleh Mayang. Siswi kelas III SDN 3 Telemung ini juga merasa was-was jika melewati jembatan kayu yang baru dilewati selama 4 hari ini. alasan utamanya karena kawatir patah, apalagi kalau jalan bareng dengan teman-teman lainnya yang berasal dari Dusun Gedor.

Sementara itu, guru pengajar yang sering melewati jalur jembatan kayu, Tamam Fauzi menuturkan, sejak banjir bandang yang menghanyutkan jembatan permanen, saat ini dirinya tidak bisa lagi melewati jalur tersebut.

Sehingga ia akan memutar jalan dari timur melewati Kelir dan Banjarwaru, atau ia akan memutar lewat Telemung. Sehingga jarak tempuh lebih lama karena jalan yang dilalui tidak diaspal dan masih berbatu besar.

Menurut Tamam, pasca Banjir lalu, dirinya akan selalu mengantarkan siswa-siswi melewati jembatan kayu, supaya anak-anak tidak takut. Selain itu karena lokasi jurang tempat jembatannya persis disebelah utara SDN 3 Telemung, tempatnya mengajar.

“Jika waktunya pulang kami akan bantu untuk mengawasi anak-anak hingga mereka melewati jembatan. Karena masih ada yang takut dan trauma”ucapnya. Sehingga, meski jurang pembatas tersebut tidak lagi digenangi air, Tamam akan terus mengantarkan murid-muridnya melintasi jembatan hingga mereka memiliki keberanian.

Saat Reporter Radio Bintang Tenggara melihat kelokasi jurang tempat jembatan kayu melintang, rupanya ada warga yang masih belum tahu jika jembatan permanen terputus karena banjir bandang.

Sehingga, pria bernama Rahmat ini harus memutar balik dengan motor yang berisi buah manggis dikeranjang motornya tersebut dengan dibantu siswa-siswi SDN 3 yang akan melintas dijembatan.

“Wah, saya fikir jembatannya ada, gak tahunya hilang.” Ungkapnya sambil mengucapkan terima kasih kepada anak-anak yang masih menggunakan seragam sekolah tersebut.

Disisi lain, saat Reporter Radio Bintang Tenggara meminta tanggapan melalui SMS kepada Kepala Desa telemung, Misdi. Terkait kondisi jalur yang terputus, Misdi masi belum merespon.

WIDIE NURMAHMUDY

 

 

 

About Fareh Hariyanto

Check Also

KAI Daop 9 Jember ‘Jangan Berada di Jalur kereta api, Berbahaya!’

BINTANG TENGGARA – Pada pukul 03.40 WIB masinis kereta api Wijayakusuma relasi Cilacap – Jember …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *