Penari Gandrung di Dalam Laut

Demi Wisatawan di Banyuwangi, Banyuwangi Gelar Underwater Festival

Radiobintangtenggara.com, Banyuwangi – Atraksi menarik ditampilkan dalam Underwater Festival di Banyuwangi. Sebanyak 23 penari Gandrung dan pemusiknya menggelar pentas tari bawah laut di perairan Bangsring, Banyuwangi, Rabu (4/4/2018).

Siang itu, di kawasan wisata bahari Bangsring Underwater tampak para penari Gandrung, mengenakan kostum yang cukup unik di pantai Bangsring.

Mengenakan ornamen Gandrung, seperti omprok, selendang, kipas tangan, kaus kaki, dan perlengkapan gandrung lainnya, namun para penari ini memakai peralatan selam lengkap dengan tabung oksigen di punggungnya.

Mereka bersiap akan melakukan penyelaman bawah laut sambil menari Gandrung.

Usai Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang membuka festival tersebut mengenakan omprok (mahkota penari Gandrung) ke salah satu penari, mereka pun langsung diving menuju panggung pentas di kedalaman 10 meter.

Agar tak merusak terumbu karang, alas pentas menggunakan anyaman bambu.

Sebanyak 12 penari, 8 pembawa umbul-umbul, dan tiga pemusik gandrung pun langsung melakukan atraksi tari.

Para penari terlihat melenggak-lenggok di kedalaman laut dengan latar belakang terumbu karang, mengikuti irama dari pemusik yang membawa kenong dan gong. Beberapa kali terlihat ikan berenang di sekitar para penari.

“Ini adalah pengalaman pertama saya menari gandrung, dan langsung di dasar laut, lagi. Mendebarkan, tapi pengalaman yang kerenini,” kata Mega Zalzalah (20), salah satu penari asal Banyuwangi usai melakukan penyelaman.

Mega mengaku telah berlatih selama dua bulan bersama teman-temannya menyiapkan acara ini. Satu bulan pertama digelar di darat untuk menyesuaikan gerakan, karena tidak semua peserta adalah penari gandrung.

Satu bulan berikutnya mulai berlatih di kolam untuk penyesuaian dengan kondisi laut. Untuk pelatihan di dasar laut, digelar selama dua hari.

“Saat menari di dalam laut tadi, tantangannya lumayan juga. Harus berjuang melawan arus laut, karena massa tubuh kita lebih ringan saat di dalam air. Jadi selain diberi sabuk pemberat, harus bisa mengatur pernapasan agar badan bisa stabil dan tidak terangkat. Tapi seru, saya bangga bisa terlibat,” ujar Mega.

Setelah menari sepuluh menit di dasar laut, mereka pun satu persatu naik ke permukaan. Saat mereka semua muncul, penonton yang berada di rumah apung langsung bertepuk tangan gemuruh. Penonton terlihat lega melihat para penari berhasil menjalankan tugasnya.

Salah satu peserta yang juga terlihat lega adalah Fathur Rayyan. Menurut Fathur, bukanlah hal mudah untuk menari di dasar laut apalagi mengenakan kostum lengkap gandrung. Menurutnya, yang paling sulit adalah menyesuaikan keseimbangan.

“Agar seimbang selendang diberi pemberat timah. Properti tari dimodifikasi agar bisa digunakan di dalam laut. Kipas dikaitkan ke rompi selam. Omprog dimodifikasi menggunakan bahan kedap air agar tidak rusak di dalam air. Jadi persiapannya memang khusus,” jelasnya.

Para penari dan pemusik ini merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang, yang memiliki sertifikasi diving. Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) tersebut, sebelumnya pernah mengadakan penelitiann di kawasan Bangsring.

“Kami diajak pengelola di sini untuk terlibat, langsung kami iyakan. Semoga ada lagi moment seperti ini,” harap Mega.

Dalam Underwater Festival tersebut, selain atraksi Gandrung Bawah Laut juga digelar “Nemo Dancing” (pengamatan ikan Nemo selama 48 jam), tari gandrung di dasar laut, pelatihan produk olahan ikan, dan edukasi bahari kepada 250 pelajar Banyuwangi.

Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar mengatakan “Ini merupakan cara kreatif nelayan-nelayan Bangsring untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Tidak hanya menggelar event semata, namun mereka juga menyisipkan edukasi bahari kepada kita, semua” kata Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, saat membuka acara tersebut.

Anas mengatakan nelayan-nelayan Bangsring terus menunjukkan perilaku positif untuk mengembangkan daerahnya. Ini adalah bentuk partisipasi rakyat dalam memajukan daerah.

“Mereka mengerjakan dengan kreatif, kini banyak wisatawan khususnya anak-anak akhirnya memilih laut sebagai pilihan berliburan. Dan syukur di Bangsring, mereka tidak hanya bisa bermain, namun ada sisi edukatif juga di sini,” kata Anas.

WIDHI NURMAHMUDY

About Fareh Hariyanto

Check Also

KAI Daop 9 Jember ‘Jangan Berada di Jalur kereta api, Berbahaya!’

BINTANG TENGGARA – Pada pukul 03.40 WIB masinis kereta api Wijayakusuma relasi Cilacap – Jember …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *