Tumpengan Guna Mentasyakuri Hari Kemerdekaan REPUBLIK INDONESIA

Wujud Syukur Atas Kemerdekaan RI, Warga Gelar Tasyakuran Di Areal Pemukiman Masing-Masing

Radiobintangtenggara.com, BANYUWANGI – 17 Agustus besok, rakyat Indonesia akan memperingati hari kemerdekaannya yang ke 73. Malam ini, (16/8), di setiap tempat, tak terkecuali di pemukiman-pemukiman warga digelar tasyakuran dan makan bersama. Begitu pula di Banyuwangi.

Tasyakuran tersebut lazimnya diawali dengan doa bersama, mendoakan pemimpinnya, arwah pahlawannya, memohonkan keselamatan dan kemajuan bangsa Indonesia. Setelah itu diakhiri dengan makan bersama sebagai wujud syukur atas pergantian usia.

Digelar rutin setiap tahunnya, warga Banyuwangi di masing-masing wilayah punya cara yang unik untuk mengekspresikan keguyubannya. Di lingkungan perumahan Griya Permata Husada, Desa Penataban, Kecamatan Giri, misalnya. Mereka makan nasi tumpeng bareng setelah sebelumnya menyanyikan lagu Indonesia Raya  dan berdoa bersama.

Nasi tumpeng yang disajikan terdiri atas nasi kuning  lengkap dengan lauk pauknya seperti urap, tempe bacem, ayam bumbu merah, telur asin, mie dan sambal. Penyediaan nasi tumpeng itu dikoordinir oleh PKK setempat dengan iuran yang ditarik dari warga. Beberapa nasi kotak dengan menu ayam lalapan juga dibagikan untuk mengantisipasi apabila ada yang tidak kebagian tumpeng.

Suasana terasa akrab dan hangat saat mereka menikmati hidangan dengan makan bersama di tempat. Momen ini sekaligus menjadi ajang silaturahmi untuk mempererat tali persaudaraan. Maklum, sebagian besar di antara mereka adalah para pekerja yang sehari-harinya sibuk dengan urusan kerja masing-masing.

Tak jauh berbeda, di lingkungan Kampung Melayu, tiap-tiap ruas gang ditutup sementara untuk kendaraan bermotor. Masyarakat menggelar tikar di dalam gang dan duduk lesehan. Doa bersama juga mereka panjatkan. Hanya saja ada sesuatu yang berbeda dalam hal penyajian makanannya. Bila di desa sebelumnya, makanan berupa tumpeng dikoordinir oleh pengurus PKK setempat, disini justru masyarakat menyumbangkan jenis makanan yang mereka punya untuk dimakan bersama.

“Tadi saya membawa nasi dan lauk pauk seperti ayam, telur, dan kering tempe. Tetangga sebelah  membawa mie, kerupuk dan sambal terasi. Ada  yang membawa sambal ikan peda, sayur gudeg dan urap. Ada juga yang membawa buah seperti jeruk dan salak,” kata Sumarni, salah satu warga Kampung Melayu.

Menurut Sumarni, dari tahun ke tahun, warga di tempat tinggalnya sudah biasa berbagi kegembiraan di malam 17 Agustus dengan cara itu. “Malah dengan begini kita semakin rukun. Satu sama lain bisa ikut merasakan makanan yang beda-beda jenisnya. Yang penting semua kenyang, semua gembira, semua tambah kompak,”tandasnya.

Tasyakuran ala warga ini diselenggarakan pada malam sebelum 17 Agustus. Namun ada pula di beberapa tempat  lain yang menyelenggarakan tepat pada 17 Agustus malam.

Sebelumnya, dengan semangat dan harapan yang sama, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga mengadakan tasyakuran serupa di depan Pendopo Kabupaten dan  dihadiri oleh warga masyarakat Banyuwangi. Tasyakuran tersebut sengaja digelar pada sore hari, agar malam harinya, warga bisa menggelar acara serupa bersama warga sekitarnya untuk menjaga keguyuban satu sama lain.

MUHAJIR EFENDI

About Fareh Hariyanto

Check Also

KAI Daop 9 Jember ‘Jangan Berada di Jalur kereta api, Berbahaya!’

BINTANG TENGGARA – Pada pukul 03.40 WIB masinis kereta api Wijayakusuma relasi Cilacap – Jember …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *