ITDBI 2018 etape 1

Etape I ITdBI, Etape Pemanasan untuk Etape IV

Radiobintangtenggara.com, BANYUWANGI – Etape pertama International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) 2018, Rabu (26/9), disebut-sebut sebagai etape pemanasan bagi etape terakhir ITdBI ini. Sebab tanjakan-tanjakan yang dilalui di rute Banyuwangi – Songgon ini cukup berat dirasakan pembalap, terutama karena cuaca Banyuwangi yang cukup panas.

Chairman ITdBI, Guntur Priyambodo mengatakan, etape ini sebenarnya adalah kesempatan bagi tim untuk ‘mencuri start’.

“Harusnya tim yang punya climber yang baik, bisa mencuri start, sehingga poin mereka bisa bertambah banyak, utamanya saat menghadapi race di hari keempat yang dikenal dengan jalur neraka. Kami menyebut rute ini sebagai race climbing, dimana tanjakannya cukup banyak. Meski hanya katagori 2, tapi jalur ini termasuk nanjak, sekitar 700 meter di atas permukaan laut,”beber Guntur.

Guntur melihat pertandingan pada hari pertama ITdBI ini, secara umum baru ada satu atau dua tim yang berani attack (menyerang).

“Rata-rata semua tim masih menyimpan tenaga untuk etape ini. Belum seluruhnya melakukan attacking. Mungkin karena ini start-nya siang hari, dan cuaca sedang panas-panasnya. Sehingga banyak tim yang tercecer karena panas dan dehidrasi,” ujarnya.

Namun sejak awal Guntur melihat tim Saint George Australia mampu menaklukkan tanjakan, sehingga leading di etape ini, sementara tim Indonesia beberapa di antaranya mampu menjadi chaser (pengejar).

“Tim St George leading di tanjakan, sedangkan tim Indonesia terus mengejar. Saya melihat chaser yang baik ada di tim PGN. Mereka mampu mengatur strategi dengan baik. Tapi secara keseluruhan, semua tim bagus, sehingga event ini menghasilkan kualitas balapan yang bagus pula,” kata Guntur.

Guntur juga mengatakan, etape kedua yang digelar Kamis (72/9) akan menjadi etape yang sangat menentukan. “Etape II adalah etape yang menentukan, bagaimana endurance (daya tahan) masing-masing anggota tim. Sebab meski pun flat, tapi jalur yang panjang dan cuaca yang panas sangat mempengaruhi stamina,” tandasnya.

Sementara itu, pembalap Indonesia peraih red and white jersey di etape pertama, Selamat Juangga (25) mengaku event ini cukup kompetitif.

“Saya sempat mengontrol Saint George, dan sempat attack dengan Culey. Tapi di Km 80, Culey attack lagi dengan pembalap Sapura, sehingga akhirnya saya sedikit tertinggal, “ kata pria yang mengaku all rounder di timnya ini

Bagi Selamat, etape 1 ini tanjakannya merupakan small mountain. Tapi cuaca panas dan jalan kecil berliku membuat perjuangannya cukup berat. Bahkan usai mencapai finish, Selamat juga jatuh terlentang .

Saya tadi sempat kram, pusing, mual. Keadaan itu makin berat karena 3 pembalap Saint George yang terus attack, sementara saya cuma sendiri saja. Mereka gantian melakukan attack. Akhirnya ya saya bertahan saja (defense), “kata Selamat yang mulai lepas dari peloton di 10 km menjelang finish

Selamat mengaku dirinya mengambil strategi attack ini untuk menambah poin bersama timnya. “Etape terakhir itu kan etape neraka. Full tanjakan. Jadi saya berusaha menyelamatkan waktu sehingga di etape terakhir bisa mendapatkan poin yang tinggi,” pungkas lelaki asal Medan ini.

About Fareh Hariyanto

Check Also

KAI Daop 9 Jember ‘Jangan Berada di Jalur kereta api, Berbahaya!’

BINTANG TENGGARA – Pada pukul 03.40 WIB masinis kereta api Wijayakusuma relasi Cilacap – Jember …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *