Suban Wahyudiono Kepala BPBD Provinsi Jawa Timur. (Foto. Istimewa)

Banyak Potensi Bencana di Jawa Timur, BPBD Terus Kenalkan Mitigasi Bencana

Radiobintangtenggara.com, BANYUWANGI – Musim penghujan yang sudah berlangsung berpotensi mendatangkan bencana banjir, tanah longsor dan angin puting beliung di wilayah Provinsi Jawa Timur. Maka dari itu, pemerintah Provinsi Jatim memberikan atensi terkait upaya penanggulangannya melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur.

Hal tersebut disampaikan Suban Wahyudiono Kepala BPBD Provinsi Jawa Timur  saat mengudara di FM 95,6 Bintang Tenggara Banyuwangi.  Senin (24/12/2018). Pihaknya menyebut ada 12 ancaman potensi bencana di Jatim. Baik berupa banjir, longsor maupun tsunami.

“di Jawa Timur sebenarnya ada 12 ancaman potensi bencana. Misalnya, di wilayah utara ada potensi banjir, di selatan ada langsor dan tsunami,” kata Suban.

Ia menjelaskan, di Jatim, daerah yang rawan bencana sebanyak 417 desa. Sementara alat Early Warning Sistem yang terpasang baru di 73 titik. Ironisnya ada alat yang tidak berfungsi. Salah satunya penyebabnya baterainya dicabut dan beberapa gangguan lain.

“Alat peringatan dini tersebar di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur. Dan disesuaikan dengan potensi bencana di masing-masing wilayah,” ujarnya.

Suban mengaku pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan upaya early warning sistem itu. Selain menginvestarisir dan memperbanyak unit, melalui pemberdayaan masyarakat. Yakni, dengan mengubah desa berpredikat rawan bencana menjadi desa tangguh bencana.

Suban mencontohkan, daerah yang rawan bencana banjir saat musim hujan, yaitu Surabaya, Mojokerto, Ngawi, Madiun, Lamongan, Tuban, Gresik, Pasuruan, Bondowoso, Sampang, Ponorogo, Pamekasan, dan Bojonegoro.

Kemudian banjir akibat dampak luapan air Kali Brantas adalah Malang, Jombang, Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Banyuwangi, dan Jember. Lalu Kabupaten Situbondo dan Bondowoso banjir akibat luapan Sungai Pekalen, dan Sampang, Madura, banjir dampak luapan Sungai Kemuning.

Selanjutnya banjir yang disebabkan  naiknya permukaan air laut, adalah Kabupaten Trenggalek, Pacitan, Tulungagung, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Blitar, dan Kabupaten Malang. Daerah bagian selatan Jatim ini banjir akibat luapan air laut, mengingat daerah tersebut dikelilingi oleh laut. Selain banjir, di daerah tersebut juga rawan bencana gempa bumi.

Sedangkan daerah rawan longsor biasa terjadi di 22 Kabupaten/Kota di Jatim. Di antaranya Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Ngawi, Tuban, Trenggalek, Ponorogo, Madiun, Pacitan, Malang, Jombang, Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Banyuwangi, Jember, Sampang dan Pamekasan.

Kemudian daerah dampak bencana akibat gunung meletus adalah Blitar, Lumajang, Kediri, Malang, Probolinggo dan Pasuruan. Sedangkan bencana puting beliung hanya terjadi di empat daerah Ponorogo, Situbondo, Sidoarjo dan Bangkalan.

Sementara daerah yang mengalami kekeringan di Jatim adalah, wilayah Madura dan kawasan Tapal Kuda. Kawasan Tapal Kuda meliputi Kabupaten Lumajang, Sitobondo, Pasuruan, Bondowoso, Banyuwangi dan Probolinggo. Daerah lain di Jatim yang kekeringan antara lain Kabupaten Jember dan Pasuruan, Jombang, Nganjuk, Pacitan, Ponorogo, Ngawi, Madiun, Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Blitar, Tulungagung dan Trenggalek.

Daerah rawan diterjang bencana angin kencang atau puting beliung adalah, Surabaya, Malang, Tulungagung, Nganjuk, Jombang, Lamongan, Ngawi, Trenggalek, dan Pamekasan.  “Daerah ini rawan angin puting beliung karena faktor geografis dan berkurangnya vegetasi hutan yang berfungsi menghambat kecepatan angin,” ujarnya.

Pihaknya terus melakukan edukasi kepada masyarakat diantaranya, dengan memberikan pelatihan kepada kalangan karang taruna. Nanti karang taruna bisa jadi early warning system atau peringatan dini untuk bencana alam.

Caranya, lanjut Suban, masyarakat akan dilatih untuk meningkatkan kapasitas sadar bencana sehingga bisa melakukan langkah antisipasi. Misalnya untuk titik kumpul ketika terjadi bencana hingga fasilitas transportasi yang laik digunakan ketika terjadi bencana.

“Kami akan terusampaikan kepada masyarakat Jawa Timur pentingnya mengenal mitigasi bencan,” pungkasnya.

Fareh Yusuf

About Fareh Hariyanto

Check Also

KAI Daop 9 Jember ‘Jangan Berada di Jalur kereta api, Berbahaya!’

BINTANG TENGGARA – Pada pukul 03.40 WIB masinis kereta api Wijayakusuma relasi Cilacap – Jember …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *