Kakek Tangsi bersama Ketua Remaja Blokagung (Remblong), Anas Rifai (Foto : Istimewa)

Ini Kata Pihak Desa Pesanggaran Soal Kondisi Kakek Tangsi

Radiobintangtenggara.com, PESANGGARAN – Pemerintah Desa Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi langsung merespon laporan warganya yang dikabarkan tidak memiliki tempat tinggal.

Sekretaris Desa Pesanggaran, Marsudi, mengatakan kakek Tangsi masih tercatat sebagai warga Dusun Krajan RT 04 RW 01, Desa Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran. Ia mengakui jika Tangsi tidak memiliki rumah dan hidup sebatang kara.

“Memang rumahnya dulu ada, tapi tidak pernah dipakai semenjak istrinya meninggal. Lalu sama keponakannya yang tinggal di Desa Sukorejo, Kecamatan Bangorejo, Mbah Tangsi dibawa kesana. Tapi katanya tidak kerasan dan memilih berjualan terompet keliling. Sedangkan rumah yang ditempati di Pesanggaran, dirobohkan,” ungkap Marsudi saat dihubungi bintangtenggara.com, Selasa (5/3/2019).

Diakui Marsudi, meski usianya sudah renta, namun kakek Tangsi ketika berjualan terompet selalu berpindah-pindah dari satu kampung ke kampung lain bahkan lintas kecamatan sekalipun. Hal ini yang kemudian membuat sulit pihak desa untuk memberikan bantuan.

“Beliau tercatat masuk program ‘Kanggo Riko’ yang digaungkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Pihak desa pernah memberikan ternak seekor kambing, tapi karena dicari sulit ketemu akhirnya ternak tersebut dititipkan ke kepala dusun setempat,” jelas Marsudi.

Disinggung mengenai identitas dari saudaranya Kakek Tangsi yang ada di Desa Sukorejo, Marsudi mengaku tidak mengetahuinya.

“Saya tidak hafal siapa nama keponakannya di Sukorejo. Tapi yang pasti rumahnya ada disekitar Balai Desa Sukorejo. Dulu pas waktu hendak membawa pulang ke Sukorejo dari Pesanggaran, keponakannya sempat ijin kepada kepala dusun krajan kok,” ujar Marsudi.

Sebelumnya diceritakan oleh Ketua perkumpulan Remaja Blokagung (Remblong), Anas Rifai, kakek Tangsi setiap hari berjualan terompet dengan berkeliling dari kampung ke kampung di sekitar wilayah Kecamatan Pesanggaran dan Siliragung, untuk menyambung kebutuhan sehari-hari.

Kata Anas, selama ini kakek Tangsi hidup sebatang kara. Ia mengaku tidak memiliki tempat tinggal, jika malam sudah larut dirinya hanya bisa memanfaatkan pos kamling sebagai tempat untuk melepas lelah. Bahkan tak jarang emperan toko pinggir jalan dijadikan tempat untuk merajut mimpi sang kakek.

Tak banyak yang diminta oleh kakek Tangsi di massa tuanya, ia hanya ingin memiliki sebuah tempat tinggal sederhana untuk beristirahat agar terhindar dari terik panas dan hujan. (*)

Rizki Restiawan

About Rima Indah

Check Also

KAI Daop 9 Jember ‘Jangan Berada di Jalur kereta api, Berbahaya!’

BINTANG TENGGARA – Pada pukul 03.40 WIB masinis kereta api Wijayakusuma relasi Cilacap – Jember …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *