Kelanggkaan pupuk bersubsidi yang mengharus para petani di Jember membeli pupuk non subsidi. (Foto. Repro)

Kelangkaan Pupuk Bersubsidi di Banyuwangi Imbas Pengurangan Pasokan

Radiobintangtenggara.com, SEMPU – Sejumlah petani di Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi  Jawa Timur keluhkan harga pupuk bersubsidi yang sulit ducari dipasaran. Jikapun ada petani hanya menemui pupuk nonsubsidi yang harganya menembus Rp 265 Ribu untuk setiap pembelian 100 Kg.

Sejumlah petani menilai langkanya pupuk sudah berlangsung sejak lama, bahwa sangat kesulitan mendapatkan pupuk ketika sudah langka dipasaran. Hal tersebut diungkapkan Sholikin warga di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu. “Saya mencari pupuk cukup sulit, jikapun ada pupuk bersubsidi harganya tidak terjangkau,” ujarnya.

Menanggapi hak tersebut Arif Setiawan, Kepala Dinas Pertanian Kapupaten Banyuwangi menatakan kelangkaan tersebut disebabkan jatah pupuk bersubsidi di wilayah  Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur berkurang drastis hingga 54 persen lebih jika dibanding tahun sebelumnya.

Ia mengatakan ada kemungkinan jika kedepannya secara bertahap pupuk bersubsidi akan di kurangi. Sebab jika melihat data di Banyuwangi subsidi pupuk Urea pada tahun 2017 tercatat 72 ribu ton, sementara di tahun 2019 menjadi 61 ribu ton, puncaknya di tahun 2020 menjadi 38 ribu ton.

Besaran pengurangan subsidi itu mencapai nilai 300 millyar rupiah. Eka menyebut, pengurangan jatah terjadi untuk semua jenis pupuk bersubsidi seperti Urea, ZA, SP-36, NPK, dan Organik. “Tahun ini saya akui memang pengurangan jatah pupuk bersubsidi sangat drastis dibanding tahun kemarin dan tahun-tahun sebelumnya,” katanya.

Arif menjelaskan, saat ini upaya yang dilakukan Dispertan adalah berusaha meyakinkan petani bahwa pengurangan alokasi pupuk bersubsidi tersebut merupakan kebijakan dari pemerintah pusat. Hal itu sesuai dengan keinginan pemerintah agar petani menggunakan sistem pemupukan yang berimbang dan secara perlahan mengurangi ketergantungan petani dari pupuk kimia.

Selain itu petani disarankan untuk meningkatkan kembali penggunaan pupuk organiknya. Sebab dari beberapa sektor, saat pandemi Covid-19 pertanian merupakan salah satu hal yang paling tidak berdampak signifikan. “Kami meminta untuk bisa masyarakat berdikari dengan menggunakan pupuk organik saat bertani,”  tambahnya.

Selain itu, pihak Disperta meminta petani bisa membantu mengawasi penjualan pupuk di kios-kios pupuk bersubsidi di Banyuwangi. Ia menambahkan petani bisa melaporkan jika ada kelompok tani lain yang seharusnya tidak bisa mengambil pupuk dikios tertentu tapi justru dibolehkan. Sebeb tanpa adanya laporan dari masyarakat pihaknya tidak bisa menindaklanjuti.

Fareh Hariyanto

About Fareh Hariyanto

Check Also

KAI Daop 9 Jember ‘Jangan Berada di Jalur kereta api, Berbahaya!’

BINTANG TENGGARA – Pada pukul 03.40 WIB masinis kereta api Wijayakusuma relasi Cilacap – Jember …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *