Radiobintangtenggara.com, JEMBER – Pada bulan Juli 2017 Kabupaten Jember mengalami inflasi sebesar 0,07 persen dari delapan kota yang menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) enam Kota mengalami inflasi dan dua kota mengalami deflasi.
Tecataat kota dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Malang sebesar 0,30 persen dan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,07 persen.
Inflasi yang dialami kabupaten Jember lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 0,22 persen dan inflasi Jawa timur sebesar 0,15 persen. Hal itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, Indria Purwaningsih. Selasa, (01/08).
Baca Juga. Guna Mengendalikan Inflasi Paska Lebaran, TPID Jember Lanjutkan Program Hingga Akhir Tahun
Indria mengatakan, komoditas yang turut memberikan andil terjadinya inflasi antara lain bahan bakar rumah tangga dan garam.
Menurutnya, harga bahan bakar khusus nya LPG tiga kilogram mengalami kenaikan pada Minggu ke empat bulan Juni yaitu menjelang lebaran, dari Rp 15 ribu per tabung naik menjadi Rp 18 ribu per tabung.
“Sepanjang bulan Juli sebenarnya harga turun kembali namun pedagang membandrol harganya menjadi Rp 16. ribu,” katanya.
Indria menambahkan, rata-rata harga bulan Juli masih lebih tinggi dibanding bulan Juni. Sedangkan harga garam beryodium mulai Minggu kedua bulan Juli perlahan naik. Kemasan 250 gram dari harga Rp 1.000 naik menjadi Rp 4.000.
Baca Juga. Hanya 10 Tahun, Pertumbuhan Usaha Di Kabupaten Jember Capai 9,20 Persen
Kenaikan itu terjadi karna pasokan dari distributor menipis akibat penurunan produksi garam yang disebabkan anomali cuaca yang buruk.
Selain bahan bakar rumah tangga dan garam, sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan permintaan sehingga mendorong laju inflasi di Kabupaten Jember.
“Bahan ini cukup penting bagi masyarakat,” katanya.
SUPIANIK