Sumber foto : motifkunik.blogspot.com

Benarkah Menak Jinggo Raja Blambangan? Simak Cerita Ini

Radiobintangtenggara.com, BANYUWANGI – Seiring dengan berjalannya waktu, eksistensi Kabupaten Banyuwangi yang kerap muncul diberbagi media masa membuat wilayah ini makin dikenal oleh khalayak luas. Hal ini tentu tak lepas dari peran seorang pemimpin yang berhasil mengendalikan tongkat komando di wilayahnya.

Beberapa peristiwa penting yang pernah terjadi di kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Jawa ini, dari dulu hingga sekarang memang kerap menjadi sorotan publik. Bahkan, ada diantaranya menjadi isu Nasional yang hingga detik ini masih menjadi misteri.

Tampil seksi dengan membawa nama besar Kerajaan Blambangan, Kabupaten Banyuwangi memang selalu menjadi perhatian orang banyak. Bahkan, tak sedikit yang penasaran. Ada apa, dan mungkinkah ada sesuatu dibalik nama Blambangan hingga membuat nama Banyuwangi kerap menjadi sorotan.

Dewasa ini, saat menyebut nama Blambangan, maka sosok yang keluar adalah ‘Menak Jinggo’. Konon, tokoh tersebut merupakan Raja Blambangan yang dimanifestasikan oleh banyak masyarakat Banyuwangi sebagai seorang pemimpin atau pahlawan Blambangan yang mempunyai jiwa corsa dengan tubuh gagah perkasa dengan bersenjatakan gada emas di tangan kanannya.

Kepercayaan masyarakat Banyuwangi mengenai Raja Blambangan yang satu ini memang sudah mendarah daging. Bahkan, kebanyakan dari masyarakat seakan kurang bisa menerima jika ada orang atau sekelompok yang mencoba mematahkan alur cerita yang sudah turun-temurun itu.

Disisi lain, ada cerita rakyat dari Banyuwangi tentang Damarwulan yang hingga ini juga masih eksis turun temurun. Tapi sebelum masuk ke alur cerita itu, ada sepenggal kisah pengantar yang nyaris dilupakan orang.

Begini ceritanya.

Tersebutlah seorang ratu dari Majapahit bernama Dewi Suhita yang bergelar Ratu Ayu Kencana Wungu. Ia adalah penguasa Kerajaan Majapahit yang ke-6.

Pada era pemerintahannya, Majapahit berhasil menaklukkan banyak daerah yang kemudian dijadikan sebagai bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan yang berpusat di Trowulan, itu.

Salah satu kerajaan yang menjadi incaran Majapahit adalah Kerajaan Blambangan yang dipimpin oleh Adipati Kebo Marcuet. Adipati ini terkenal sakti mandraguna dan arif bijaksana. Ratu Majapahit itu pun berupaya menundukkannya dengan sebuah sayembara.

Dalam sayembara itu berbunyi “Barangsiapa yang mampu mengalahkan Adipati Kebo Marcuet, maka dia akan ku angkat menjadi Adipati Blambangan yang baru, menggantikan dia.”

Demikian maklumat Ratu Ayu Kencana Wungu yang dibacakan di hadapan seluruh rakyat Majapahit.

Sayembara itu diikuti oleh puluhan orang. Namun semua gagal mengalahkan kesaktian Adipati Kebo Marcuet. Hingga suatu hari datanglah seorang pemuda tampan dan gagah perkasa bernama Jaka Umbaran.

Rupanya, Jaka Umbaran mengetahui kelemahan Adipati Kebo Marcuet, bahwa Adipati itu hanya dapat dikalahkan dengan pusakanya sendiri.

Maka, dia memerintahkan Dayun sahabatnya untuk mencuri pusaka tersebut dan dengan senjata Gada Wesi Kuning (yang dicurinya dari Menak Jinggo sendiri), akhirnya Jaka Umbaran berhasil mengalahkan Adipati Kebo Marcuet.

Ratu Ayu Kencana Wungu sangat gembira dengan kekalahan Adipati Kebo Marcuet. Ia pun menobatkan Jaka Umbaran menjadi Adipati Blambangan yang baru dengan gelar Menak Jinggo.

Alhasil, hingga saat ini gelar Minak Jinggo yang disematkan oleh Ratu Ayu Kencana Wungu atas jasa Jaka Umbaran yang berhasil membunuh Kebo Marcuet pun terbawa arus masa hingga hari ini.

Mirisnya, Adipati Blambangan yang sesungguhnya, yakni Kebo Mercuet, saat ini hanya tinggal nama saja. Pahlawan dan pejuang sejati yang dihinakan dan dianggap sebagai makhluk bertanduk seperti kerbau ini, seiring dengan berjalannya waktu seakan dilupakan oleh masyarakat.

Hingga detik ini, orang menganggap jika cerita yang beredar tersebut adalah 100 persen mempunyai kebenaran yang mutlak. Bahkan, kerancuan sejarah Blambangan seakan menjadi hal yang biasa saja dan bukan menjadi persoalan.

Jika hal ini terus dibiarkan, maka bukan tidak mungkin tantangan generasi mendatang terkait sejarah yang mendekati benar ini akan susah untuk diluruskan. Bahkan, tumpang tindih antara Bhre Wirabhumi, Kebo Mercuet, Jaka Umbaran, Menakjinggo, Bhre Narapati, dan Damarwulan, akan terjadi apabila semua pihak tidak membuka wawasan dalam pemahaman sejarah Blambangan. (bersambung)

_________________
Catatan: Kebo/Lembu/Mahisa adalah gelar kebangsawanan, putera seorang raja. Dengan nama Kebo, berarti dia putera raja yang ditempatkan di Blambangan. Lebih tepatnya, Putera Raja Hayam Wuruk yang menjadi raja di Blambangan.

Oleh : Mas Aji Wirabhumi (Blambangan Kingdom X-Plorer)

Editor : Rizki Restiawan

About Rima Indah

Check Also

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur akan menggelar acara tahunan, Anugerah Penyiaran Jatim 2024. (Foto. Istimewa)

KPID Jatim Siap Gelar Anugerah Penyiaran 2024, Berikan Penghargaan Lifetime Achievement pada Bung Tomo dan Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur akan menggelar acara tahunan, Anugerah Penyiaran Jatim 2024, pada Selasa malam 12 November 2024

10 comments

  1. Mantab
    Lanjutkan saudaraku membuka tabir sejarah yang hilang dan ditinggalkan

  2. Hanya seni budaya janger banyuwangi, yg selalu melestarikan cerita budaya blambangan, namun sedikit berbeda dg yg diceritakan seni budaya janger banyuwangi.

  3. Maka, dia memerintahkan Dayun sahabatnya untuk mencuri pusaka tersebut dan dengan senjata Gada Wesi Kuning (yang dicurinya dari Menak Jinggo sendiri), akhirnya Jaka Umbaran berhasil mengalahkan Adipati Kebo Marcuet.
    …………………………………..
    Gada Wesi Kuning Sebenarnya senjatanya siapa? Kok Jaka Umbaran ( Minak Jinggo ) Mencuri senjatanya sendiri untuk mengalahkan Kebo Marcuet?

    • betul bro.. dari dulu saya jadi org banyuwangi taunya gada wesi kuning senjata milik Menak Jinggo & wkt Damarulan ingin mengalahkan menak Jinggo salah satu istri Menak Jinggo diperintah mencuri Gada tsb kemudian diserakan pd Damarulan untuk membunuh Menak Jinggo (isteinya berkhianat)
      tp aneh cerita di atas knp Gada / wesi Kuning itu milik Kebo Marcuet, sementara Kebo Marcuet lbh dikenal seorang raja yg rakus doyan makam macam Buto ijo

  4. Wha ha ha ha ha ternyata masih ada yang menerima warisan belanda, maaf carut marut cerita Blambangan sebenarnya atas dukungan belanda agar terjadi perselesihan prinsip history kalu zaman dulu sih Banyuwangi Mataram. Maaf apa yang saya ketik cenderung frontal

  5. Wha ha ha ternyata masih ada yang menerima warisan belanda, maaf carut marut cerita Blambangan sebenarnya atas dukungan belanda agar terjadi perselesihan prinsip history kalu zaman dulu sih Banyuwangi Mataram. Maaf apa yang saya ketik cenderung frontal.

  6. Satrio genter ing Awang awang

    Sejarah Blambangan Iki kudu jelas bos. Ojok mung nganggo akal lan perkiraan baen…..oklek.?
    Salam OSING BANYUWANGAI.

  7. Satrio genter ing Awang awang

    Isun kadang mblenger Moco sejarah ” tentang Tanah kelahiran isun dewek ikai. Hang serat ikai, serat ikok……hang jare gedigai, gedigai hallahhhh..siiing Ono hang cocog blasss. Salam OSING BANYUWANGAI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *