Suminto, Ketua PHDI Banyuwangi

PHDI Banyuwangi Imbau Umat Hindu Patuh Aturan Saat Pawai Ogoh-Ogoh

Radiobintangtenggara.com, BANYUWANGI – Hari Raya Nyepi  dan Tahun Baru Saka 1941 yang jatuh pada Kamis (7/3/2019) disambut meriah oleh umat Hindu di Banyuwangi.

Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Banyuwangi mengimbau bagi umat Hindu yang merayakan Nyepi agar selalu bisa menjaga ketertiban umum dan patuh terhadap aturan.

“Mari menjaga Hari Raya Nyepi dengan damai antar sesama umat dan saling menghormati satu sama lain,” ungkap Suminto, Ketua PHDI Banyuwangi saat dihubungi radiobintangtenggara.com, Rabu (6/3/2019).

Menurut Suminto, persiapan jelang Hari Raya Nyepi 1941 di Banyuwangi dilakukan dengan cara menggelar pawai ogoh-ogoh keliling kampung. Setelah diarak keliling kampung semua ogoh-ogoh ini akan dibakar bersama untuk menghilangkan sifat jelek yang ada pada manusia.

“Ogoh-ogoh tersebut dirancang menyerupai aneka bhuta kala atau raksasa menyeramkan, garang dan jelek. Ogoh-ogoh yang seram mengingatkan dan mengajarkan bahwa dalam diri manusia bersemayam sifat keraksasaan berdampingan dengan sifat kedewasaan.  Kedua sifat tersebut memberi pengaruh besar dalam kehidupan dalam hal ucapan, pikiran dan tindakan,” ungkap Suminto.

Kehadiran ogoh-ogoh ini, lanjut Suminto, membawa pesan untuk umat hindu agar saling bercermin dalam diri. Ogoh-ogoh berhakikat menuntun manusia dari sifat keraksasaan menuju sifat kedewasaan yang damai.

“Sebelum acara ini juga dilaksanakan Upacara Melasti yang dilakukan di masing masing wilayah. Mulai dari Pantai Boom, Blimbingsari, Palu Kuning Muncar, Alas Purwo Tegaldlimo, Pulau Merah Pesanggaran dan Rowo Bayu Songgon,” ujarnya.

Tujuan dari kegiatan upacara Melasti untuk menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan. Upacara Melasti dilaksanakan di pinggir pantai dengan tujuan mensucikan diri dari segala perbuatan buruk pada masa lalu dan membuangnya ke laut.

“Setelah itu, melakukan agenda upacara Tawur Kesanga, yaitu upacara pecaruan yang diadakan setahun sekali yang tepat pada tilem kesanga yaitu setiap akhir pergantian tahun saka,” terang Suminto.

Tawur Kesanga sebagai bagian dari upacara Bhuta Yadnya sehari sebelum hari raya nyepi yang dipimpin oleh para sadhaka maupun sulinggih, Siwa, Buddha, dan Bujangga.

Untuk itu, Suminto mengimbau kepada umat Hindu agar tetap menjaga ketertiban dan patuh aturan saat kemeriahan di malam Hari Raya Nyepi 2019. (*)

Muhajir Efendi/Rizki Restiawan

About Fareh Hariyanto

Check Also

Sambut HUT RI, Perpenas Banyuwangi Gelar Jalan Sehat Bersama

BANYUWANGI – Perkumpulan Gema Pendidikan Nasional (Perpenas) Banyuwangi mengadakan kegiatan jalan sehat bersama, Minggu (12/8/2018). …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *