Data Sebaran Demam Berdarah di Jawa Timur menurut Dinas Kesehatan Jawa Timur Per 10 Februari 2019. (Foto. Istimewa)

Juwana Njatasaputra : Fogging Bukan Solusi Utama DB

Radiobintangtenggara.com, BANYUWANGI – Angka kasus Demam Berdarah Dengeu (DBD) di beberapa daerah, termasuk di Banyuwangi, belakangan ini cenderung meningkat. Hal itu membuat sebagian masyarakat resah, lantaran di lingkungan mereka banyak ditemukan nyamuk.

Diakui, kekhawatiran warga adanya nyamuk-nyamuk yang banyak beterbangan merupakan aedes aegypti. Diktehui, nyamuk jenis tersebut merupakan vektor yang menjadi medium penyebaran virus demam berdarah dengeu (DBD)

‎Sehingga banyak warga berharap ada pengasapan oleh Instasi terkait. Juwana S Njatasaputra Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi  mengatakan untuk mencegah penularan DBD meluas, langkah yang harus pertama dilakukan adalah pengendalian vektor nyamuk aedes aegypti. Yakni, dengan memutus mata rantai perkembangbiakan nyamuk tersebut.

“Di antara caranya yang efektif adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk serta membasmi jentik-jentiknya,” katanya saat mengudara di FM 95,6 Bintang Tenggara Banyuwangi. Rabu, (13/02/2019).

‎Menurut Juwana, selama ini paradigma yang salah kaprah soal fogging, masih tertanam kuat di benak banyak warga masyarakat. Mengingat idealnya fogging hanya dilakukan untuk pengendalian vektor DBD, dengan indikasi-indikasi tertentu.

Karena yang menjadi masalah adalah mindset tentang fogging sehingga ada kriteria-kriteri tertentu yang harus dilakukan fogging. Oleh sebab itu, tidak semua laporan kasus DBD kemudian ditindaklanjuti dengan fogging.

“Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa. Ketika nyamuk dewasa mati karena fogging, nanti satu – dua minggu lagi jentik-jentik nyamuk akan netes dan berkmbang biak lagi,” urainya.

Lebih lanjut Juwana menjelaskan terdapat sejumlah permintaan untuk melakukan fogging dari masyarakat. ‎Ia menegaskan, fogging bukan solusi utama dalam mengatasi penularan DBD. Karena itu, sekali lagi ia mengatakan tak semua permintaan fogging akan dipenuhi.

Pihaknya mengimbau masyarakat untuk tetap berperilaku hidup sehat dan menjaga kebersihan. Serta, membasmi jentik-jentik nyamuk yang ada di sekitar lingkungan. Berdasarkan catatan Dinkes Banyuwangi, selama kurun waktu Januari hingga awal Februari 2019, tercatat terjadi 32 kasus Demam Berdarah Dengeu (DBD).

Juwanan menambahkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi memiliki program inovasi “Ceples Nyamuk” atau Cukup Enam Puluh Menit Lenyapkan Sarang Nyamuk. “Program ini di re-launching pada tahun 2016 lalu untuk mencegah berkembangnya nyamuk demam berdarah,” tambahnya.

Pencegahan dengan melibatkan masyarakat secara langsung mulai tingkat desa, sekolah hingga perkantoran. “Ceples Nyamuk” sendiri dalam bahasa daerah Osing di Banyuwangi bermakna menepuk nyamuk.

Selain itu, sarang jentik antara lain ditemukan di kolam depan, beberapa pot besar, dan di sejumlah genangan air di antara akar pohon beringin. Selanjutnya, oleh para juru pemantau jentik (jumantik) tempat-tempat itu diberi abate, yang berfungsi untuk membunuh jentik.

Ia mengatakan, agar tidak menjadi sarang jentik nyamuk, tempat berisi air, semisal kolam, bak mandi, penampungan, harus rajin dikuras dan minimal seminggu sekali harus diperiksa apakah ada jentiknya.

“Bila memang ada genangan atau tampungan air yang tidak bisa atau sulit untuk dikuras, maka satu di antara solusinya adalah diberi abate,” pungkasnya.

Fareh Yusuf

About Fareh Hariyanto

Check Also

KAI Daop 9 Jember ‘Jangan Berada di Jalur kereta api, Berbahaya!’

BINTANG TENGGARA – Pada pukul 03.40 WIB masinis kereta api Wijayakusuma relasi Cilacap – Jember …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *